Wednesday, May 2, 2012

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Suatu ketika saat berkelana beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?” Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja” Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?” Kemudian terdengar suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.

Syadziliyah adalah nama suatu desa di benua Afrika yang merupakan nisbat nama Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. Beliau pernah bermukim di Iskandar sekitar tahun 656 H. Beliau wafat dalam perjalanan haji dan dimakamkan di padang Idzaab Mesir. Sebuah padang pasir yang tadinya airnya asin menjadi tawar sebab keramat Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a.

Beliau belajar ilmu thariqah dan hakikat setelah matang dalam ilmu fiqihnya. Bahkan beliau tak pernah terkalahkan setiap berdebat dengan ulama-ulama ahli fiqih pada masa itu. Dalam mempelajari ilmu hakikat, beliau berguru kepada wali quthub yang agung dan masyhur yaitu Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, dan akhirnya beliau yang meneruskan quthbiyahnya dan menjadi Imam Al-Auliya’.

Peninggalan ampuh sampai sekarang yang sering diamalkan oleh umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr, di samping Thariqah Syadziliyah yang banyak sekali pengikutnya. Hizb Bahr merupakan Hizb yang diterima langsung dari Rasulullah saw. yang dibacakan langsung satu persatu hurufnya oleh beliau saw.

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. pernah ber-riadhah selama 80 hari tidak makan, dengan disertai dzikir dan membaca shalawat yang tidak pernah berhenti. Pada saat itu beliau merasa tujuannya untuk wushul (sampai) kepada Allah swt. telah tercapai. Kemudian datanglah seorang perempuan yang keluar dari gua dengan wajah yang sangat menawan dan bercahaya. Dia menghampiri beliau dan berkata, ”Sunguh sangat sial, lapar selama 80 hari saja sudah merasa berhasil, sedangkan aku sudah enam bulan lamanya belum pernah merasakan makanan sedikitpun”.

Suatu ketika saat berkelana, beliau berkata dalam hati, “Ya Allah, kapankah aku bisa menjadi hamba-Mu yang bersyukur?”. Kemudian terdengarlah suara, “Kalau kamu sudah mengerti dan merasa bahwa yang diberi nikmat hanya kamu saja”. Beliau berkata lagi, “Bagaimana saya bisa begitu, padahal Engkau sudah memberi nikmat kepada para Nabi, Ulama dan Raja?”. Kemudian terdengarlah suara lagi, “Jika tidak ada Nabi, kamu tidak akan mendapat petunjuk, jika tidak ada Ulama kamu tidak akan bisa ikut bagaimana caranya beribadah, jika tidak ada Raja kamu tidak akan merasa aman. Itu semua adalah nikmat dari-Ku yang kuberikan hanya untukmu”.

Beliau pernah khalwat (menyendiri) dalam sebuah gua agar bisa wushul (sampai) kepada Allah swt. Lalu beliau berkata dalam hatinya, bahwa besok hatinya akan terbuka. Kemudian seorang waliyullah mendatangi beliau dan berkata, “Bagaimana mungkin orang yang berkata besok hatinya akan terbuka bisa menjadi wali. Aduh hai badan, kenapa kamu beribadah bukan karena Allah (hanya ingin menuruti nafsu menjadi wali)”. Setelah itu beliau sadar dan faham dari mana datangnya orang tadi. Segera saja beliau bertaubat dan minta ampun kepada Allah swt. Tidak lama kemudian hati Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. sudah di buka oleh Allah swt. Demikian di antara bidayah (permulaaan) Syekh Abul Hasan As-Syadzili.

Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung.

Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”.

Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”.

Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”.

Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili:
1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya.
2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.

Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling dari dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak. Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya.

Di antara keramatnya para Shidiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.

Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu. Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa ‘uluumihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin. (Al-Mihrab).

Sumber :  darisrajih.wordpress.com.

Friday, April 27, 2012


Doa Pembersih Jiwa dari Virus Ananiyah (Keakuan)


(Al Habib Syeikh Sayyid Abdul Madjid Ma'roef RA guru dari Sang Prof)


Ketika kami berkunjung bersilaturahmi kerumah Beliau, tiba-tiba Beliau memberikan petuah tentang rahasia kehidupan kepada kami, mengenai pengalaman rohani yang begitu berharga, dan lagi-lagi pengalaman yang sangat langka.

Beliau bertutur kepada kami, pengalaman ini seakan-akan seperti yang pernah dialami oleh Nabi Musa yang diabadikan di dalam Al-Quran surat Al A’raaf [7]: 143 ketika bertemu dengan TuhanNya, walapun pengalaman ini tidak ada apa-apanya dan tidak sebanding dengan Beliaunya, seketika itu Nabi Musa pingsan sehingga tidak mengenal siapa dirinya sendiri, sehingga dirinya sendiri lenyap tidak ada, bahkan ketika Allah bertajalli kepada bukit, maka bukit itupun lebur tidak nampak yang artinya tiada.

“Berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.” (Q.S Al A’raaf [7]: 143)

Ayat ini menggambarkan ketika Allah menampakkan jati diriNya, maka semua tidak ada kecuali yang Maha Satu, dengan rumus tiada inilah seketika itu Nabi Musapun pingsan, bahkan dia tidak mengenal dirinya, sehingga tetap yang ada hanya yang Maha Kuasa, karena Tuhan tidak bisa disekutukan dengan apapun juga, dan Tuhan merupakan KEKUATAN INTI yang MAHA INTI (semua makhluk harus lebur, tiada, NOL). 

DIA bukan makhkluk, bukan materi, bukan pula merupakan unsur, justru DIALAH yang menciptakan itu semua.

Sehingga pada saat itu ...
Yang ada DIA berhadapan dengan DIA,
Yang ada DIA yang berbicara dengan DIA, dan
Yang ada DIA yang menampakan DIRINYA kepada DIA,
Karena yang berhadapan kepada Sang Pencipta adalah Sang Pencipta itu sendiri, kecuali hamba yang diperkenankan masuk kedalamNya. (dalam bahasa agama yang disebut Tajalli)
Bahkan jangankan Allah bertajalli menampakkan jati diriNya kepada hambanya, Al-Quran yang merupakan kalamNya pun apabila ditaruh pada gunung yang begitu besar yang terdiri dari batu yang kokoh hancur, lebur, dan tiada karena takut kepadaNYA.

“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS Al Hasyr [59]: 21)

Pengalaman ini terjadi ketika masuk di bulan Ramadhan (2011) tepatnya hari ke-3:
Tiada yang kurasakan sebahagia dan sepuas hari itu, karunia yang sangat agung itu diberikan kepada Al Fakir, Allah berkehendak menunjukkan kekuasaanNya.
Pengalaman ini terjadi ketika sholat tarawih berlangsung, tak pernah terbayangkan oleh akal dan pikiran, tiba-tiba Al Fakir diperkenankan masuk kedalam wilayahNya, wilayah yang netral, yang suci, benar-benar hanya Dia yang ada dan yang wujud.
Sebenarnya pengalaman ini tidak patut untuk diceritakan, tapi semoga cerita ini bisa bermanfaat dan berarti bagi seluruh umat manusia khususnya bagi hamba yang sedang berjalan untuk menemuiNya.

Tapi perlu di ingat, bagi siapa saja yang membaca kisah ini dan hati tidak bisa menjangkau, ini akan sangat berbahaya bisa menimbulkan fitnah. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua, Amin….
Yaa Allah…. Ampunilah dan berilah petunjuk hambamu yang lemah ini

Pengalaman NOL itu betul-betul Al Fakir rasakan:
Tiba-tiba Al Fakir menembus ke alam yang Al Fakir sendiri tidak mengetahui, kulihat surga dipampangkan, neraka dipampangkan, pahala dipampangkan, dosa dipampangkan, ternyata NOL (perasaan ketiadaan) menembus itu semua, saat itulahlah semua lebur, tiada (NOL).
Sehingga ketika “Surga” dipampangkan seketika itu tiada, “Nerakapun” tiada, “Pahalapun” tiada, “Dosapun” tiada, “AKUpun” tiada, “Rohpun” tiada, bahkan “Rasapun” juga tiada, karena tidak akan mungkin Allah bersanding dengan makhluk ciptaanNya sendiri. (baca: Dahsyatnya “KEKUATAN INTI”, Merubah Dunia Menjadi Surga)

Jadi hakekat yang dimaksud NOL itu tidak ada siapa-siapa, kecuali DIA.
Inilah Allah menemukan diriNya sendiri, dan diriNya bertemu dengan diriNya sendiri.
Memang sulit untuk dicerna dengan logika, tapi Al Fakir diperkenankan untuk merasakan itu semua (semoga Allah menyayangi dan selalu memberi hidayah kepada kita semuanya).
Ketika Al Fakir merasakan itu semua, tiba-tiba rasapun juga tiada, ketika saat Al Fakir menangis, air matapun juga tiada, yang ada hanya NOL, dan NOL pun juga tiada, hanya Dia Allah sendiri, dan Allah adalah DIRINYA, bahkan Al Fakirpun tidak mengenal dan tidak mengetahui diri sendiri.

Saat itu tiba-tiba NAFSU muncul membisikiku:
“Andaikan engkau mati saat ini juga, bahagialah engkau… bahagialah engkau wahai hamba..!!!”
Lalu kutenggelamkan lagi, setelah itu muncul bisikan yang kedua lebih hebat dari yang pertama, saat itu nafsu kembali berbalut dengan kesucian sambil berbicara dihadapanNya:
“Aku hanya takut kepadaMu Yaa Tuhan”
Maka ada teguran keras berkata seperti menampar nafsu itu:
“Apakah sesuci itu kamu menginginkan AKU..!!!”
“Apakah sesuci itu kamu tidak ingin AKU tinggalkan…!!!”
“Apa mampu kamu berhadapan dengan AKU…!!!”
“AKU Maha suci sedangkan engkau adalah makhlukKu yang Maha Kotor…!!!”
Tenyata NOL yang betul NOL itu tidak ada, karena ketika keyakinan hati merasa tidak ada semua, maka yang ada hanya DIA, sehingga ketika sowan (menghadap) yang menghadap adalah DIA.
Dan inilah yang pernah diceploskan oleh Syaikh Siti Jenar:
“Allah bertemu Allah, AKU adalah Allah, Allah adalah Aku”
Tidak ada manusia yang menghendaki, tidak ada manusia berdoa, tidak ada manusia yang bisa menghadap, (itu yang saya rasakan).
Ketika Si Hamba merasakan tajalli semuanya itu ternyata tidak ada (ALKAUNU KULLUHU DHULMAH), dan barang siapa diberi karunia perasaan seperti itu:
Maka bila dimasukkan kedalam neraka, neraka itu lenyap karena yang ada hanya Sang Pencipta.
Bila dimasukkan kedalam surga, surga itupun lenyap karena yang ada hanya Sang Pencipta.
Maka bahagialah orang yang lebur kedalam DIRINYA, karena semua adalah milikNya.
Ketika ia di neraka dan dia menemukanNya, sehingga lenyaplah semuanya karena yang ada hanya DIA.
Ketika ia di surga dan dia menemukanNya, sehingga lenyaplah semuanya karena yang ada hanya DIA.
Ketika ia susah dia menemukanNya, sehingga lenyaplah semuanya karena yang ada hanya DIA, dan
Ketika ia bahagia dia juga menemukanNya, sehingga lenyaplah semuanya karena yang ada hanya DIA.
Maka satu detik besama Allah, tidak ada bandingannya dunia dan seisinya yang diberikan oleh Allah.

Dari situ ujungnya adalah kasih sayang, karena Allah tidak akan menyiksa, membuat hambanya menderita, ketika ia meleburkan diri denganNya.
Sayang pengalaman itu hanya sekejap tapi semuanya itu merupakan bimbingan batiniah kepada hamba yang Fakir dan hina ini.
Alangkah takutnya setelah peristiwa tersebut tak terasa diri ini semakin nampak kecil.
Serasa hancur lebur tiada arti setelah mengenal hakekat hidup dan kehidupan ini, ternyata semuanya adalah LAA ADAMAKA WALAA WUJUDAKA dalam istilah lain LAA MAUJUDA ILLALLAH (YANG WUJUD HANYA ALLAH), dan saat itulah hamba yang fakir ini mengenalNya.

“Maka siapapun juga ada sedikit saja pengakuan (aku hidup, aku mampu, aku pandai, aku kuasa, aku mulia, aku bisa) maka Si Hamba sama dengan berani memproklamirkan sebagai Tuhan! dan itulah hakekatnya syirik” kata beliau Sang Prof
Maka jiwa perlu dibersihkan, kata Beliau diantaranya dengan memakai doa:
“Allohumma yaa waahidu yaa ahad, yaa wajidu yaa jawaad, sholi wasallim wa baarik ‘ala sayyidinaa muhammmadin wa ala ‘ala ali sayyidina muhammad, fii kullilamhatin wanafasim bi ‘adadi ma’luumaatillahi wa fuyudlotihi wa amdadih“

Doa pembersih jiwa dari Sang Profesor Rohani yang diberikan oleh Al Habib Syaikh Sayyid Abdul Madjid Ma’roef Ra
Pesan Sang Prof:
Jangan sekali-kali kita tidak koreksi dan mawas diri, karena keakuan tersebut bersembunyi dan berselimut dengan ilmu, ibadah, amal, dan perasaan sudah dekat kepadaNya!
AWAS....!!! HATI-HATI...!!! JANGAN TERTIPU DENGAN PENGAKUAN TERSEBUT KARENA DIANCAM DALAM SURAT ASH-SHAFF [63] 3:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (hanya pandai bicara walau itu masalah kesadaran dan ma’rifat) tapi dia tidak bisa mengetrapkan”

Doa dari Sang Prof:
Yaa Allah… aku selalu menjulurkan lidahku untuk menerima setetes demi setetes karunia agung dariMu.
Yaa Allah… berilah taufiq hidayahMu kepada kami dan semua pembaca kisah ini sehingga bisa menjadi pelajaran dan hikmah, bukan menjadikan fitnah.
Yaa Allah… tolonglah kami dan peliharalah kami, jangan Kau sesatkan kami dengan pengalaman ini, kasihanilah Al Fakir yang hina ini, apapun kami adalah hambaMu, jauhkanlah dari sifat munafik dan kufur yang jelas kami tidak pantas untuk menghadapMu karena banyaknya dosa dan noda diri kami.
Yaa Allah… mungkin mati lebih baik daripada merasa jadi hamba, tapi kenyataannya masih penuh dengan kesyirikan, maka perkenankanlah kami dengan keagungan DzatMu untuk lebur kedalam Ke-EsaanMu.
Yaa Allah…. Yaa Allah…. Yaa Allah… !!! apa arti semua kisah ini…. Semuanya adalah ENGKAU…!!! ENGKAU….!!! LAA SYAKKA… LAA SYAKKA... ANTA… ANTA… TIADA RAGU… TIADA RAGU… SEMUANYA ADALAH ENGKAU…. ADALAH ENGKAU…!!!
Karena Al Fakir adalah CIPTAAN, tiada wujud, tiada arti, bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa.
LAA ILAAHA ILLALLAH….!!!

Tempuh dan carilah wahai anak-anakku jalan untuk menemukan Tuhanmu dengan mujahadah.
Mujahadahlah dengan menggunakan lahir maupun batin, hiasilah hidupmu dengan perasaan rendah, hina, serta mandikanlah jiwamu dengan airmata kehambaan.
Jangan sekali-kali merasa ada, merasa aku, merasa mampu, bahkan merasa hidup, karena engkau adalah makhluk ciptaan, maka leburkanlah dalam Ke-EsaanNya (NOL).
Semoga Allah meridhoi kita semuanya dan syafaat Beliau Rasulullah Saw, serta nadroh Beliau Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra senantiasa meliputi kita semuanya.
Amin… Amin… Amin… Yaa Robbal Alamin….

Dikutip : www.alamhikmah.org